Kamis, 21 Agustus 2014

KU TERDIAM



DAHAGA DALAM KATA

dahaga telah lama menggelegak
harapan demi harapan membuncah tak berkesudah
sejak mentari fajar tersenyum di pucuk pagi
hingga sang baskara menghalau bulan ke peraduan

mencari dan mencari
penawar dahaga yang kian tak terobati
saat waktu tak lagi bermarwah kian hari
goresan luka tersayat riuh kata kata intoleransi
benak angan ambisi berebut abaikan harga diri

haruskah membunuh mimpi?
agar damai itu datang kembali?

saat kita terjerembab dalam limbah yang melumuri
tebarkan dengki atas paku paku benci
dan fitnah menjadi pedang hitam sang mantili
menebas memenggal lawan yang berbeda posisi

kesadaran diri dimana engkau kini?
saat kami tak lagi saling senyum tulus suci
bersorak arogan diatas tubuh bernadi
meradang demi ego pundi pundi

haus sirnakan nafas berkasih budi
laga adu taji berebut lumbung padi rejeki
sekian juta nafas berharap tak henti
datangnya sang pilihan satria sejati

pelepas dahaga yang mengayomi
mencari dan mencari
laksana jarum ditelan jerami
akankah impian menjauh pergi?

dahaga telah lama menggelegak
harapan demi harapan membuncah tak berkesudah
sejak mentari fajar tersenyum di pucuk pagi
hingga sang baskara menghalau bulan ke peraduan
                               
                                                                                                SUARA Mpa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar